MAKALAH DAULAH BANI UTSMANIYAH



DAULAH BANI UTSMANIYAH
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: SEJARAH  DAKWAH
Dosen Pengampu: Agus Riyadi,S.Sos. I M, Si.





Disusun Oleh :

Ahmad Kharir
(1401016092)
Gayatri Suryaningsih
(1401016093)
Slamet Wibisono
(1401016094)
Muhammad Hadiq
(1401016095)
Hisnatul Fajriyah
(1401016096)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  WALISONGO
SEMARANG
2015

A.    Pendahualuan
Setelah khalifah Abbasiyah di Bagdad runtuhakibat serangan tentara Mongolia, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaanya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu, namun, kemalangan tidak terhenti sampai disitu. Timur lenk, sebagaimana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar: Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani disamping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibandingkan dua kerajaan lainnya.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya Daulah Bani Utsmaniah...?
2.      Bagaimana sepak terjang sultan dan perluasan wilayah...?
3.      Bagaimana perkembangan dan kemajuan peradaban...?
4.      Apa saja faktor penyebab kemajuannya...?
5.      Apa saja faktor penyebab keruntuhannya...?
6.      Bagaimana akhir dari kerajaan Dinasti Turki dan Tranformasinya...?

C.     Pembahasan
1.      Sejarah berdiri Dinasti Turki
Kata Utsmani diambil dari pendiri pertama dinasti ini, yaitu Utsman ibn Erthogril ibn Sulaiman Syah dari suku Qayigh Ogbus Turki. Sulaiman Syah dengan seribu pengikutnya mengembara ke Anantolia dan singgah di Azerbaijan, namun sebelum sampai ke tujuan, ia meninggal dunia. Kedududkanya digantikan oleh putranya yaitu Erthogril untuk melanjutkan perjalanan sesuai dengan tujuan semula. Sesampai di Anatolia, mereka diterima oleh penguasa Dinasti Saljuk, Sultan Alauddin II yang sedang berperang dengan Romawi Timur yang berpusat Bizantium.
Erthogril membantu sultan Alauddin II melawan Romawi Timur, sehingga dinasti Saljuk mengalami kemenangan. Sultan merasa senang dan memberikan hadiah kepda Erthogril wilayah Dorylaeum (Iskishahar) yang berbatasan dengan Bizantium. Mereka menjadikan Soghud sebagai ibu kota pemerintahanyang independen dan berdiri pada tahun 1258 M, yang bersamaan dengan lahirnya Utsman.[1]
Sepeninggal Erthogril, atas Sultan Alauddin II, kedudukan Erthogril digantikan putranya yang bernama Utsman yang memerintah Turki Utsmani antara tahun 1281-1324 M. Serangan bangsa Mongol terhadap Dinasti Saljuk yang terjadi pada tahun 1300 M. Menyebabkan dinasti ini terpecah menjadi sejumlah dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran dinasti Saljuk inilah Utsman mengklaim kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang dikuasainya, sekaligus memproklamasikan berdirinya Dinasti Utsmani. Kekuatan militer Utsman menjadi benteng pertahanan sultan dinasti-dinasti kecil dari ancaman bahaya serangan Mongol. Dengan demikian, secara tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai pengusa tertinggi dengan gelar “Pandiansyah Ali Utsman”.[2]

2.      Sepak terjang sultan dan perluasan wilayah
Perluasan wilayah para Sultan Utsmani menjadi model, hal itu berlangsung paling tidak sampai dengan masa pemerintahan sulaiman I, untuk mendukung hal itu, Orkhan membentuk pasukan tangguh atau pasukan baru yang dikenal dengan Janissari. Pasukan Janissari adalah tentara utama dinasti Utsmani yang terdiri dari bangsa Georgia dan Armenia yang baru masuk Islam.
Ekspansi yang lebih besar terjadi pada masa Murad I, Dimasa ini berhasil ditaklukkan  wilayah Balkan, Andrianopel ( sekarang Edire), Macedonia, Sofia (ibu kota Bulgaria), dan seluruh wilayah Yunani. Setelah Murad I tewas kemudian dilanjutkan oleh putranya, Bayazid I, Pada masanya di dapat merebut benteng Philadelphia dan Gramanian atau Kirman (Iran). Dengan demikian, Dinasti Utsmani secara bertahap tumbuh menjadi kerajaan besar.
Pada tahun 1402 M, Dinasti Utsmani di bawah pemerintahan Bayazid I digempur oleh pasukan Timur Lenk (penguasaan Mongol) kemudian dia tewas. Setelah kekalahan tersebut, wilayah Utsmani hampir seluruhnya jatuh ke tangan Timur Lenk.
Setelah itu terjadi perpecahan, antara Bayazid I yaitu Muhammad I, Isa, Sulaiman, dan Musa. Pada saat berikutnya, Muhammad I berhasil membangun kembali kekuatan , sehingga dapatmenundukan saudara-saudaranya.
Puncak ekspansinya terjadi pada masa Muhammad II yang dikenal dengar Al-Fatih (sang penakluk) pada masanya dilakukan ekspansi kekuasaan islam secara besar-besaran. Kota penting yang berhasil di takluknya adalah Konstantinopel.
Ada tiga hal yang menimbulkan keinginan besar bagi pehlawan Islam:
·         Karena dorongan iman kepada Tuhan dengan disemangati Hadits Nabi Muhammad SAW.
·         Karena Konstantinopel sebagai pusat peradabaan dan kebudayaan
·         Keindahan kota itu dan letaknya yang sangat strategis, sebagai penghubungan antara dua benua besar, yaitu Eropa dan Asia.
Khusus dalam perluasan wilayah, ada lima faktor yang menyebabkan kesuksesan Dinasti Utsmani, yaitu :
a)      Kemampuan orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh Ghanimah.
b)      Sifat dan karakter orang Turki yang slalu ingin maju dan tidah pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan.
c)      Semangat jihad dan mengembangkan Islam
d)     Letak Istambul yang sangat strategis sebagai ibu kota dinasti juga sangat menunjang kesuksesan perluasan ke wilayah Eropa dan Asia.
e)      Kondisi kerajaan-kerajaan disekitarnya yang kacau memudahkan dinasti Utsmani mengalahkanya.[3]

3.      Perkembangan dan kemajuan peradaban
Mayoritas sultan-sultan dinasti Utsmani bersikap liberal dan pemurah terhadap penduduk yang beragama Kristen. Mereka melaksanakan admistrasi pemerintahan yang adil disamping menggiatkan ekonomi dengan menganjurkan perdagangan di antara mereka.

Hal-hal tersebut mendorong lahirnya peradaban yang tidak dapat dilepaskan dari hasil penaklukan Konstantinopel. Dinasti Utsmani banyak mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia. Selain itu, berikut adalah peradaban yang pernah ditorehkan pada masa dinasti Utsmani, yaitu:
a.       Bidang Militer
Dengan adanya kondisi objektif yang dihadapi Turki Utsmani, para pemimpin mewujudkan pemerintahan yang berdasarkan sistem dan prinsip kemiliteran, kebijakan kemiliteran ini lebih dikembangkan oleh pengganti Orkhan, yaitu Murad dengan membentuk sejumlah Korps atau cabang-cabang Janissari.Seluruh pasukan militer dididik dan dilatih dalam sarana militer dengan pembekalan semangat perjuangan Islam.
Kekuatan militer Janissari ini berhasil mengubah dinasti Utsmani yang baru lahir menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan sangat besar bagi penaklukan negeri-negeri non-muslim.

b.      Bidang Pemerintahan
Bentuk kerajaan Turki Utsmani didasarkan pada sistem feodal yang meniru langsung dari kerajaan Romawi Timur.tentara yang berjasa diberi hadiah sebidang tanah dan tanah-tanah tersebut dikendalikan oleh petani. Bagi tentara yang berbakti secara pribadi kepada sultan mendapatkan hadiah yang lebih luas, demikian juga para gubernurnya.
Dalam sistem pemerintahan, sultan menjadi penguasa tertinggi dan pelantikannya mengikuti sistem feodal.
Sultan merupakan kekuasaan tertinggi dalam bidang agama, politik, pemerintahan maupun ekonomi. Orang kedua setelah sultan adalah Wazir besar. Ia menjabat sebagai ketua badan penasihat kesultanan yang membawahi semua wazir dan amir. Disamping itu, di setiap daerah terdapat seorang Qadhil  yang merupakan pimpinan agama didaerah tersebut. Qadhil mempunyai tugas untuk menjalankan hukum pidana dan perdata menurut syariat Islam berdasarkan Al-Qur’an dan al-Hadits.



c.       Bidang Agama dan Budaya
Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari budaya Persia mereka banyak menerima ajaran tentang etika dan tata krama dalam kehidupan istana.organisasi pemerintahan dan prisip-prisip kemiliteran mereka dapatkan dari kebudayaan Bizantium, sedangkan dari kebudayaan Arab mereka mendapatkan ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.
Kehidupan keagaman merupakan bagian dari sistem sosial dan politik Turki Utsmani. Ulama mempunyai kedudukan tinggi dalam kehidupan negara dan masyarakat. Tanpa legitimasi mufti sebagai petinggi penjabat agama, keputusan hukum kerajaan tidak dapat berjalan. Pada masa itu kehidupan tarekat berkembang pesat, seperti Bektasyi dan Maulawi.

d.      Bidang Intelektual
Dari aspek intelektul yang di capai pada periode ini adalah sebagai berikut:
a)      Terdapat tiga surat kabar yang muncul pada masa ini, yaitu: Berita Harian Takvini Veka (1831 M), Jurnal Tasviri Efkyar (1862), dan Tarjumani Ahval (1860 M).
b)      Dalam pendidikan, Dinasti Utsmani melakukan pengorganisasian sebuah sistem pendidikan madrasah yang tersebar luas.

e.       Bidang Sastra dan Bahasa
Pada masa ini muncul sastrawan dengan hasil karya-karyanya setelah menamatkan studi di luar negri. Seperti Ibrahim Shinasi pendiri surat kabar Tasviri Efkyar. Sebagaimana terdapat pada istana sultan-sultan Arab dan Persia, syair merupakan ekspansi utama kesenian raja. Syair istana didasarkan pada Arudl, sebuah irama persajakan yang bersal dari Arab dan Persia.[4]
   
f.       Bidang Seni dan Arsitektur
Bidang Seni dan Arsitektur yang muncul pada masa Dinasti Utsmani sangatlah beragam, seperti bentuk kubah masjid, seni bangunan, kaligrafi, interior design, painting dan cover buku.
Salah satu kebiasaan yaitu membangun masjid untuk menandai wilayah yang telah di taklukkan seperti masjid Aya Shopia yang asalnya gereja St. Shopia
             
4.      Faktor penyebab kemajuan
secara umum  faktor yang menyebabkan kemajuan Dinasti Turki Utsmani adalah:
a.       Adanya sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa, yang menyebabkan mereka hidup berkecukupan  dan mempunyai kedudukan yang tinggi di masyarakat.
b.      Tidak adanya diskriminasi dari pihak penguasa sehingga orang yang mempunyai kedudukan tinggi tidak terbatas pada satu kelompok atau keturunan sultan saja.
c.       Kepengurusan organisasi yang cakap, padahal saat Marco Polo singgah Turki 1227 M. Didapati orang Turki masih menjalani kehidupan yang berpindah-pindah.
d.      Pihak Turki memberi perlakuan yang baik terhadap saudara-saudara baru dan memberikan kepada mereka hak rakyat  secara penuh, baik dalam kehidupan beragama maupun kemasyarakatan.
e.       Dinasti Utsmani telah menggunakan tenaga-tenaga yang profesional dan terampil, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan.
f.       Kedudukan sosial orang-orang Turki telah menarik minat penduduk negeri-negeri bahkan untuk memeluk islam.
g.      Rakyat yang memeluk agama kristen hanya dibebani biaya perlindungan (jizyah) yang relatif murah dibandingkan pada masa pemerintahan Bizantium.
h.      Semua penduduk mendapatkan kebebasan untuk menjalankan agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
i.        Karena Turki Utsmani tidak fanatik agama, wilayah Turki menjadi tempat perlindungan orang Yahudi dari serangan kerajaan Kristen di Spanyol dan Portugal pada abad XVI.[5]

5.      Faktor penyebab keruntuhan
Banyak faktor yang menyebabkan kemunduran, diantaranya yaitu:
a)      Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas wilayahnya yang sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerajaan ustmani tidak beres.
b)      Heterogensi penduduk
Sebagai kerajaan besar, turki ustmani menguasai kekuasaaan yang amat luas yang didalamnya terdapat penduduk yang beragam, baik dari segi agama, keras, etnis, maupun adat istiadat sehingga untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar diwilayah yang luas, diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur.
c)      Kelemahan para penguasa
Sepeninggal sulaiman al Qanuni kerajaan ustmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya, sehingga berakibat terhadap pemerintahannya yang kacau dan permasalahannya sulit diselesaikan. 
d)     Budaya pungli
Pungli merupakan perbuatan yang sudah umum didalam kerajaan ustmani. Setiap jabatan yang hendak diraih sesorang harus dibayar dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Hal ini mengakibatkan degradasi moral yang kian merajalela dan semakin rapuh pejabatnya.
e)      Pemberontakan tentara Jenessari
Kemajuan ekspansi kerajaan ustmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara jenis Sari, sehingga tentara ini meberontak.


f)       Merosotnya ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian negara merosot pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar termasuk biaya perang.
g)      Terjadinya stagnasi dalam lapangan Ilmu dan Teknologi
Kerajaan ustmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer.[6]
h)      Fenomena kekerasan dan hukum rimba
Kebanyakan sultan yang memerintah menempuh cara yang tidak baik pada pengangkatannya. Banyak diantara mereka yang membunuh saudaranya agar tidak mendapatkan saingan dalam kekuasaannya.
i)         Faktor Eksternal
Yaitu mencoba untuk melenyapkan kekuatan daulat ustmaniah yaitu munculnya paham nasionalisme yang mengotak-ngotakkan daulat islam menjadi wilayah-wilayah kecil.[7]

6.      Akhir dari dinasti Turki dan Tranformasi  ke Republik
Dinasti Turki Utsmani menganut sistem Khalifah Islamiyyah. Wilayahnya yang meliputi Jazirah Arab, Balkan, Hongaria hingga kawasan Afrika Utara. Namun kekhalifahannya itu hancur karena konflik internal akibat perebutan kekuasaan yang juga melibatkan intervensi sejumlah negara asing.
Hal ini berawal ketika adanya perlawanan yang dipimpin oleh Musthafa Kemal, aksi ini menghancurkan Khalifah Islamiyyah, moment kehancuran ini, terjadi ketika rakyat Turki melalui para wakilnya mengeluarkan Piagam Nasional (al-Mitshaq al-Wathoni). Sejak itu, Turki menjadi sebuah ngara sendiri dan terpisah dari wilayah yang dulu merupakan kesatuan Dinasti Utsmani.       
Musthafa Kemal menjelaskan pada anggota Majelis Nasional Agung, bahwa pemerintahan nasional didasarkan pada prinsip pokok kerakyatan, yang berarti bahwa kedaulatan dan semua kekuatan administrasi harus langsung diberikan kepada rakyat. Konsekuensi ini menghapuskan prinsip kasultanan pada 1 Nopember 1922. Kemudian pada tahun 1923, disepakatilah berdirinya negara Turki dengan btas wilayahnya. Negara republik dengan ibu kota Ankara itu, pertama kali dipimpin oleh Musthafa Kemal.
Kebijakan-kebijakan Kemal banyak dilatari oleh pemikiran barat, tujuan utama Turki Kemalis adalah pembangunan ekonomi dan modernisasi kultural. Reformasi dekade 1920-1930 M. Membawakan perubahan yang radiakal. Undang-undang keluarga 1924 M, mengharamkan poligami, menjadikan suami dan istri berkedudukan sama dalam perceraian. Konstitusi ini menegakkan hak persamaan wanita dalam pendidikan dan dalam pekerjaan dan pada tahun 1934 M, kaum wanita diikutkan dalam pemilihan nasional, alhasil  pada tahun 1935 M beberapa perwakilan wanita terpilih menjadi bagian parlemen di Turki.[8] 

D.    Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Dinasti Utsmani di dirikan oleh Utsman ibn Erthogril ibn Sulaiman Syah dari suku Qayigh Ogbus Turki.  Erthogril membantu sultan Alauddin II melawan Romawi Timur, sehingga dinasti Saljuk mengalami kemenangan. Sultan merasa senang dan memberikan hadiah kepda Erthogril wilayah Dorylaeum (Iskishahar) yang berbatasan dengan Bizantium. Mereka menjadikan Soghud sebagai ibu kota pemerintahanyang independen dan berdiri pada tahun 1258 M, yang bersamaan dengan lahirnya Utsman.
Secara umum  faktor yang menyebabkan kemajuan Dinasti Turki Utsmani adalah Pertama, Adanya sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa, yang menyebabkan mereka hidup berkecukupan  dan mempunyai kedudukan yang tinggi di masyarakat. Kedua, Tidak adanya diskriminasi dari pihak penguasa sehingga orang yang mempunyai kedudukan tinggi tidak terbatas pada satu kelompok atau keturunan sultan saja. Ketiga, Kepengurusan organisasi yang cakap, padahal saat Marco Polo singgah Turki 1227 M. Didapati orang Turki masih menjalani kehidupan yang berpindah-pindah. Keempat, Pihak Turki memberi perlakuan yang baik terhadap saudara-saudara baru dan memberikan kepada mereka hak rakyat  secara penuh, baik dalam kehidupan beragama maupun kemasyarakatan. Kelima, Dinasti Utsmani telah menggunakan tenaga-tenaga yang profesional dan terampil, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan. Keenam, Kedudukan sosial orang-orang Turki telah menarik minat penduduk negeri-negeri bahkan untuk memeluk islam. Ketujuh, Rakyat yang memeluk agama kristen hanya dibebani biaya perlindungan (jizyah) yang relatif murah dibandingkan pada masa pemerintahan Bizantium. Kedelapan, Semua penduduk mendapatkan kebebasan untuk menjalankan agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Kesembilan, Karena Turki Utsmani tidak fanatik agama, wilayah Turki menjadi tempat perlindungan orang Yahudi dari serangan kerajaan Kristen di Spanyol dan Portugal pada abad XVI.
Banyak faktor yang menyebabkan kemunduran, diantaranya yaitu: Pertama, wilayah kekuasaan yang luas, Kedua, heterogenitas penduduk, Ketiga, kelemahan para penguasa, Keempat, budaya pungli, Kelima, pemberontakan tentara Jenessari, Keenam, merosotnya ekonomi, Ketuju, terjadinya stagnasi dalam lapangan Ilmu dan Pengetahuan, Kedelapan, fenomena kekerasan dan hukum rimba, Kesembilan, faktor eksternal.



















Daftar Pustaka

Illahi, Wahyu dan Hefni, Harjani, pengantar sejarah dakwah,Jakarta:Kencana,2007.
Sunanto, Musyrifah, sejarah islam klasik:pengembangan ilmu pengetahuan islam,Jakarta:Kencana, 2007.
Syaefudin, Mahmud, dkk, Dinamika Peradaban Islam, Yogyakarta, Pustaka Ilmu, 2013.
Yatim, Badri, sejarah peradaban islam,Jakarta: PT raja grafindo persada,2011.


[1] Musyrifah Sunanto, sejarah islam klasik:pengembangan ilmu pengetahuan islam,Jakarta:Kencana, 2007.hal:240.
[2] Mahmud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam, Yogyakarta, Pustaka Ilmu, 2013.hal 184-185.

[3] Mahmud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam, Yogyakarta, Pustaka Ilmu, 2013.hal 187-190.
[4] Mahmud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam, Yogyakarta, Pustaka Ilmu, 2013.hal 191-199.
[5] Mahmud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam, Yogyakarta, Pustaka Ilmu, 2013.hal 200-201.
[6] Badri Yatim,  sejarah peradaban islam,Jakarta: PT raja grafindo persada,2011.hal: 167-168.
[7] Wahyu Illahi dan Harjani Hefni,  pengantar sejarah dakwah,Jakarta:Kencana,2007.hal:125-126.
[8] Mahmud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam, Yogyakarta, Pustaka Ilmu, 2013.hal 207-209.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH BIDANG DAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING

MAKALAH FUNGSI HADIST TERHADAP AL-QUR’AN

MAKALAH PERANAN AKAL DAN WAHYU MENURUT MUKTAZILAH DAN ASWAJA